MENULIS PANTUN 1000 GURU ASEAN
Oleh
Mujiatun, S.Pd.
(SMPN
2 Banjit, Way Kanan, Lampung, NPA 0810100104)
(Tantangan Menulis Hari Ke-28: Minggu, 28 Februari 2021)
Dalam
rangka memperingati Hari Guru Asean, Bang Asrizal Nur, pimpinan Perkumpulan
Rumah Seni Asnur (PERRUAS) menyelenggarakan event “Menulis Pantun Nasihat 1000 Guru
ASEAN”. Kegiatan ini diawali dengan pelatihan menulis pantun nasihat
yang dibimbing langsung dalam WA grup.
Kegiatan
ini diikuti oleh para guru dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunai
Darussalam. Seluruh peserta berjumlah 1.250 orang, masing-masing peserta
mencipta 10 pantun nasihat. Bimbingan dibagi menjadi beberapa grup WA dan dilaksanakan 2 kali dalam
seminggu selama kurang lebih 5 bulan.
Memang,
menulis pantun itu tidak semudah menulis puisi bebas. Menulis pantun lebih
sulit karena banyak aturan mengikat yang harus dipenuhi dalam penulisannya. Diantaranya
harus terdiri dari 4 baris seuntai, 2 baris pertama berupa sampiran dan 2 baris
terakhir berupa isi. Selain itu, harus bersajak AB, AB baik awal, tengah,
maupun akhir. Bagian Sampiran harus logis dan mengisyaratkan bagian isi. Dan
pantun ini harus berisi tentang nasihat seorang guru untuk siswanya.
Dengan
alasan sulit dan rumit itulah, saya dan putra saya pun mengikuti pelatihan
menulis pantun ini. Makin sulit dipelajari kami pun semakin semangat untuk
mempelajarinya. Bagi kami, tak ada yang tak bisa dipelajari di muka bumi ini
selagi kita memiliki kemauan untuk belajar.
Setelah
mengikuti pelatihan seminggu 2 kali selama kurang lebih 5 bulan, akhirnya 10
pantun milik saya dan 10 pantun karya putra saya, Wiratama dinyatakan lulus dan
layak untuk dipublish. Lega dan puas rasanya telah berhasil menciptakan sebuah
karya tulis yang merupakan warisan budaya asli Nusantara. Meskipun harus
berkali-kali menulis dan berkali-kali pula ditolak. Namun, pada akhirnya
berhasil juga.
Ini
merupakan kali pertama kami mengikuti event menulis di tingkat ASEAN. Bangga
bercampur bahagia rasanya bisa berkarya bersama guru-guru hebat dari seluruh
Indonesia dan negara-negara ASEAN. Lebih bahagia lagi, secara tidak langsung
kami telah membawa nama sekolah, derah Way Kanan, dan Lampung di tingkat ASEAN.
Peserta dari daerah Lampung hanya 7 orang. Satu orang dari Bandarlampung, 1
orang dari Kabupaten Tulangbawang, 1 orang dari Kabupaten Lampung Barat, dan 4
orang dari Kabupaten Way Kanan, termasuk kami berdua.
Pantun
nasihat karya 1.250 guru ASEAN itu dibukukan dan diterbitkan oleh PERRUAS.
Dalam waktu 3 bulan, buku ber-ISBN dan bertajuk “Kumpulan Pantun Nasihat 1000
Guru ASEAN” pun terbit. Buku tersebut setebal 1.360 halaman dengan
desain sampul yang ekslusif dan hard
cover. Buku yang baru
diluncurkan pada tanggal 21 Februari 2020 ini merupakan buku pertama paling
tebal yang pernah saya miliki. Dan merupakan buku elegan ketiga yang saya punya
setelah buku “Antologi Pantun Mutiara Budaya Indonesia” dan buku
“Pantun Nasihat Guru untuk Murid”.
Buku “Kumpulan Pantun Nasihat 1000 Guru Asean” dan Sertifikat Menulis
Kami
termotivasi mengikuti kegiatan belajar menulis pantun ini karena ingin ikut
serta melestarikan khasanah sastra adiluhung bangsa Indonesia. Agar sastra
lisan yang nyaris punah ini dapat tetap lestari keberadaannya hingga anak cucu
di masa yang akan datang. Sebagaimana disampaikan oleh Bang Asnur, penggagas
pelatihan belajar pantun. Bahwa kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan
budaya asli Nusantara agar pantun kembali digemari dan dijunjung tinggi sebagai
jati diri bangsa.
Terlebih,
pantun saat ini sudah ditetapkan sebagai salah satu WARISAN BUDAYA DUNIA
TAKBENDA oleh UNISCO pada tanggal 17 Desember 2020 di Paris, Prancis. Penetapan
tersebut berdasarkan penialian UNESCO bahwa pantun memiliki arti penting bagi
masyarakat Melayu. Bukan hanya sebagai alat komunikasi soaial tetapi juga kaya
akan nilai-nilai budaya dan agama yang menjadi panduan moral. Pesan yang
terkandung dalam sebuah pantun umumnya menekankan keseimbangan dan harmoni
hubungan antarmanusia.
Bila
dunia saja mengakui dan mengagumi keajaiban karya sastra pantun, mengapa kita
tidak turut berupaya untuk melestarikannya? Semoga buku kumpulan pantun nasihat
ini akan bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi panduan bagi guru dalam
menyampaikan pembelajaran pantun di sekolah. Karena, sejak dahulu pantun masuk
pembelajaran sastra di sekolah baik dari tingkat SD sd SLTA materi pantun
selalu ada dalam kurikulum.
Dengan
upaya menulis dan dibukukan, maka pantun akan tercatat dan akan lebih mudah
dipelajari oleh siswa dan masyarakat pada umumnya. Sebaab, jika masih dalam
bentuk sastra lisan maka pantun akan punah begitu para penuturnya meninggal
dunia. Semoga pantun tetap berjaya di Nusantara dan akan menjadi warisan budaya
dunia sepanjang masa.
Salam
Literasi,
Way Kanan,
Lampung, 28 Februari 2021