Senin, 07 Februari 2022

PAK GURU BERSUARA MERDU

 

Cerpen: Mujiatun, S.Pd.

(Guru SMPN 2 Banjit, Way Kanan, Lampung)

 



Sejak setahun yang lalu, pertama kali Pak Andy mengajar di sekolah ini aku sudah terpesona dengan gaya dan sikapnya. Eit…tunggu dulu, kalian jangan berpikiran aneh dulu ya? Aku bukan penyuka sesama jenis, oke? Atau jeruk minum jeruk ya? Bukan hanya aku yang mengagumi Pak Andy tatapi seluruh siswa di SMP ini menyukai beliau.

Terlebih lagi anak-anak perempuan, mereka berlomba-lomba mencuri perhatian Pak Andy setiap kali ada kesempatan baik di kelas maupun di luar kelas.

Wajar bila aku dan teman-temanku mengidolakan Pak Andy. Wajah dan penampilannya 11-12 dengan artis trandy Iqbal Ramadhan, salah satu personil CJR. Kalau boleh jujur, Pak Andi justru lebih ganteng dari pada Iqbal. Ibarat sebuah produk, Iqbal Ramadhan menang karena merknya sudah terkenal.

Pak Andi pun memiliki suara yang gak kalah merdu dengan suara Iqbal. Beliau pun pandai sekali bermain gitar. Hobby Pak Andy meng-cover lagu-lagu yang lagi trand. Nah, dengan bermacam-macam kelebihannya itu wajarkan bila aku mengagumi Pak Andy? Meskipun aku sendiri seorang anak laki-laki seperti Pak Andy.

Sebenarnya, Pak Andy seorang Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia. Namun, karena hobinya bermain musik dan bernyanyi, beliau dengan senang hati menerima tawaran kepala sekolah untuk mengajar Seni Budaya. Kebetulan mata pelajaran Seni Budaya masih kurang gurunya dan Bahasa Indonesia sudah cukup.

Kehadiran Pak Andy di kelas setiap Hari Senin selalu kami nanti. Dengan gitar kesayangannya beliau masuk kelas mengucapkan salam disertai senyum khas yang menambah menawan parasnya. Serentak kami menyambut kedatangan pak guru keren ini dengan salam dan senyum pula.

Inilah saat yang kunanti-nanti setiap kali Pak Andy mengajar di kelasku pada jam pertama. Di sekolahku pada jam pertama setelah berdoa wajib menyanyikan lagu nasional sebelum pembelajaran dimulai. Maka Pak Andy sudah siap dengan permainan gitarnya yang merdu mengiringi lagu yang kami nyanyikan bersama-sama dan beliau pun sambil ikut bernyanyi.

Suara dan permainan gitar Pak Andy benar-benar memukau kami. Kadang-kadang kami pun minta bonus dengan meminta beliau untuk menyanyikan lagu daerah Lampung dan kami pun mengikutinya.

Rasanya, sehari pun kalau guru Seni Budayanya seperti itu asyik-asyik aja. Tetapi, Pak Andy sering mengingatkan dengan suara yang sangat bijak sehingga kami mengerti.     

“Anak-anak, kita hari ini akan membahas materi Bab 2 ya? Yaitu tentang menggambar ornamen. Apakah kalian sudah siap?” Tanya Pak Andy untuk memfokuskan perhatian kami.

“Baik, Pak siapp…!!!” Seperti dikomando kami menjawab serentak.

“Baik. Silakan disiapkan buku gambar dan alat-alat tulisnya ya? Termasuk pewarna yang akan kalian gunakan dalam menggambar nanti. Selanjutnya, kalian cermati beberapa gambar ornamen yang Bapak tayangkan pada layar.” Pak Andi menjelaskan tahapan kegiatan pembelajaran hari ini yang harus kami lakukan.

Cara mengajar beliau berbeda dengan guru yang lain. Beliau memiliki metode dan teknik yang unik dalam mengajar menurutku, sehingga kami  selalu bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Setiap pertemuan selalu berbeda metode dan model pembelajarannya.

Selain itu, Pak Andy selalu memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK di dalam mengajar. Kadang-kadang berupa tayangan gambar, video-video pembelajaran, atau edugame. Baik mengunduh dari Portal Rumah Belajar ataupun karya beliau sendiri.

Pak Andy merupakan sosok guru muda yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam mengajar. Ada saja cara beliau untuk membuat kami senang dan aktif dalam mengikuti pembelajarannya. Pak Andy pun sangat dekat dengan siswanya.

Beliau tidak menjaga jarak dengan kami, silakan bergaul layaknya sahabat yang penting tetap menjaga nilai-nilai kesopanan dan kesantunan. Bahkan kami sering diajak ke rumah beliau sekadar untuk minum teh bersama sambil makan kacang goreng. Kadang-kadang kami pun diajak bernyanyi bareng sambil duduk-duduk di pondokan belakang rumah beliau bila malam minggu.

Pokoknya, Pak Andy itu guru paling gaul dan kekinian banget menurutku. Aku jadi ingin menjadi sosok pemuda seperti beliau. Udah sholeh, ganteng, bersuara merdu, pandai bermain gitar tatapi tetap ramah dan rendah hati.

Namun, sayang semua itu akan segera berlalu karena Pak Andy sebulan lagi akan meninggalkan kami. Pengumuman tes CPNS nya sudah keluar dan Pak Andy lulus. Mengetahui kabar tersebut kami turut bangga sekaligus bersedih karena SK penempatan Pak Andy bukan di sekolah kami melainkan di sekolah lain. Itu artinya, kami harus merelakan beliau meninggalkan kami.

 

“Anak-anak yang Bapak sayangi, dengan berat hati Bapak harus meninggalkan kalian. Maafkan Bapak ya? Selama ini Bapak belum memberikan sesuatu yang terbaik buat kalian. Bapak masih ingin bersama kalian mengajar di sisni tetapi Tuhan berkehendak lain. Bapak mendapatkan tugas baru di sekolah lain. Bapak selalu berdoa buat kalian semoga kalian selalu menjadi anak-anak yang patuh kepada dewan guru dan selalu giat belajar untuk mewujudkan segala impian kalian”. Demikian sambutan Pak Andy pada upacara pamitan di sekolah sebelum meninggalkan sekolah kami.

Mataku sudah panas dan dadaku sesak sejak tadi menahan air mata tetapi sebagai anak laki-laki aku malu meneteskan air mata di depan orang banyak. Teman-teman perempuanku sudah terisak-isak dan sesenggukan sejak tadi. Kepala sekolah dan beberapa guru pun tampak sedih mengikuti acara ini. Mereka tampaknya menyayangkan bila harus melepaskan guru kreatif dan inovatif seperti Pak Andy.

Sebelum acara salam-salaman, kepala sekolah dan dewan guru serta seluruh siswa meminta agar Pak Andy menyanyikan sebuah lagu untuk kami. Pak Andy pun tak keberatan dan siap melantunkan sebuah lagu untuk kami.  

“Baik, bapak ibu guru dan anak-anak, lagu apa yang harus saya nyanyikan?” Tanya Pak Andy.

“Kemarin Seventeen, Pak…!!! Teriak kami serentak membahana di lapangan upacara.     

“Oke. Tapi kalian tidak boleh baper, sedih, apalagi meneteskan air mata. Kalian semua harus ikut bernyanyi, oke??” Pinta Pak Andy.

“Bapak minta bantu Yudiantara untuk duet bersama Bapak. Bagaimana Yudi, siap?”        

“Si…siap, Pak”, jawabku tergagap begitu mendengar namaku disebut oleh Pak Andy. Aku pun bergegas maju mendekati Pak Andy sembari membawakan gitar kesayangannya. Denting pertama dawai gitar Pak Andy membahana, menyulap suasana menjadi hening sesaat dan disusul dengan tepuk tangan kami yang riuh.

Suara merdu Pak Andy pun mengalun sendu mendendangkan bait pertama lagu Seventeen yang booming saat ini. Kemudian aku menyambung di bait kedua. Seterusnya, kami nyanyikan berdua pada bagian reff nya. Semua siswa pun turut bernyanyi hingga lirik lagu usai.      

“Maafkan saya ya, Pak bila selama ini banyak salah kepada Bapak. Semoga Bapak sukses di sekolah tempat Bapak bertugas.” Kucium telapak tangan Pak Andy.

           

“Iya, Yudi. Terima kasih ya doanya?” Jawab Pak Andy sambil mengusap kepalaku. Rasanya ingin sekali aku memeluk beliau tetapi malu dan takut nanti dikatakan lebay oleh teman-temanku. Aku urungkan keinginanku itu.

Doaku selalu semoga Pak Andy yang baik dan ramah itu sehat dan sukses dalam melaksanakan tugasnya di mana pun. Aku bahagia pernah memiliki seorang guru seperti Pak Andy walaupun hanya setahun.

 

***Selesai***

 


Anak-anak HEBAT, bacalah cerpen di atas dengan cermat. Setelah itu, kerjakan tugas berikut.


1. Tulislah minimal 1 paragraf sinopsis (rangkuman cerita) dari cerpen di atas! 


2. Tulislah siapakah tokoh utama dan bagaimana karakternya!


3. Tuliskan konflik (persoalan) apa yang dihadapi oleh tokoh utama dalam cerpen!


4. Bagaimanakah cara tokoh utama menyelesaikan masalah yang dihadapinya?


5. Tuliskan tanggapan kalian terhadap tema dan amanat cerpen di atas!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

IBUKU, GURUKU

Cerpen: Mujiatun, S.Pd.

(Guru SMPN 2 Banjit, Way Kanan, Lampung)

 



Kulirik jam dinding di kamarku telah menunjukkan pukul 06.30. Setelah memeriksa kembali buku-buku di dalam tas sekolahku, aku pun bergegas menemui ayah dan ibu untuk berpamitan dan berangkat sekolah. Aku tak mau sampai di sekolah bel masuk telah berbunyi apalagi sampai terlambat. Pasti aku akan diberi sanksi oleh ibuku, sama seperti anak-anak lain yang bersekolah di SMP ini.

Ibuku bertugas mengajar di SMP tempat aku bersekolah saat ini. Ibuku pun mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Jadi, bila ada siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran di sekolah, ibuku yang menyelesaikannya sekaligus memberikan sanksinya. Ibuku tak pernah pandang bulu atau pun pilih kasih di dalam memberikan motivasi atau pun sanksi.

Bagi ibu, di sekolah semua sama, tak ada anak kandung atau pun saudara. Semua adalah siswa yang mempunyai hak dan kuwajiban yang sama. Prinsip ini telah dibuktikan oleh ibuku selama 23 tahun mengajar di sekolahku ini. Menurut guru-guru dan kakak-kakak kelasku, ibuku memang orangnya disiplin dan tegas. Untuk peraturan di sekolah tak bisa ditawar-tawar, termasuk kepadaku, anak kandungnya sendiri.

****

Seperti kejadian dua bulan yang lalu, ketika ualangan harian aku tak dapat menjawab soal-soal ulangan dengan baik. Sehingga nilaiku di bawah KKM dan harus mengikuti program remedial seperti teman-temanku yang lain.

Ibuku memang tak pernah memberitahu kapan akan mengadakan ulangan harian. Oleh karena itu, kami harus selalu siap kapan saja mendapatkan pelajaran Bahasa Indonesia. Jadi, siswa yang tidak belajar tidak akan bisa menjawab soal-soal ulangan harian, termasuk aku.

Padahal jika mau, ibuku bisa saja memberikan soal-soal ulangan itu di rumah sebelum kegiatan ulangan harian dilaksanakan. Namun, ibu tak pernah melakukan itu, baik kepadaku maupun kepada kakakku dulu. Kebetulan kakak sulungku pun alumni dari SMP ini.

Begitu pun dalam memberikan sanksi bagi siswa yang melanggar peraturan sekolah. Ibu akan memberikan perlakuan yang sama kepada seluruh siswa, termasuk aku. Seperti kejadian minggu lalu yang membuatku malu sampai saat ini.

Hari itu, ketika jam sekolah usai, tiba-tiba teman-teman perempuanku mengeluarkan tepung terigu dan beberapa bungkus belau cuci dari dalam tasnya. Selanjutnya, ditaburkan di kepala dan di sekujur badan Sinta, teman sekelasku yang sedang berulang tahun hari itu.

Melihat itu, aku dan teman-teman laki-laki pun ikut mengambil tepung dan belau untuk ditaburkan ke badan Sinta. Sinta teriak-teriak gembira walau wajah, rambut, dan pakaiannya kotor oleh tepung dan belau. Entah apa yang ada dipikirannya, sehingga Sinta tampak kegirangan.

Aku merasa lucu menyaksikan pemandangan itu. Wal hasil, lantai kelas dan teras menjadi abu-abu karena bertabur tepung dan belau. Padahal sejak dulu merayakan ualang tahun dengan cara seperti itu sudah dilarang oleh kepala sekolah dan dewan guru. Setelah mengucapkan selamat dan bersalaman kepada Sinta kami pun segera bubar dan pulang menuju rumah masing-masing.

****

Keesokan harinya, begitu bel berbunyi tiga kali pertanda siswa harus masuk kelas, aku dan teman-teman sekelasku dipanggil oleh waka kesiswaan di sekolahku, yang tak lain adalah ibuku sendiri. Kami dikumpulkan di lapangan sekolah dan diberi peringatan keras oleh ibu.

“Mana ketua kelas kalian? Ayo maju…!!” Ibu bertanya dengan suara keras. “Berani berbuat, kalian pun harus berani bertanggung jawab!!!.” Kata ibu dengan nada makin tinggi. Kami pun semua terdiam. Dengan langkah ragu-ragu aku maju dari barisan teman-temanku.

“Sa..saya, Bu. Maafkan saya dan teman-teman ya, Bu?” Jawabku gagap.

Meskipun ibuku sendiri tetapi aku sangat segan kepada beliau apalagi di sekolah. Ibuku memang tidak galak dan sangat akrab dengan anak-anak didik. Namun, ibu sangat tegas kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah.

“Dimas…!! Kamu tahukan, acara seperti itu dilarang di sekolah kita? Mengapa masih kalian lakukan??” Tanya ibu dengan nada kesal.           

“Sekali lagi, kami mohon maaf, Bu. Kami berjanji tak akan mengulanginya lagi.” Pintaku mewakili teman-teman sekelasku.

“Baik, karena kalian telah menyadari perbuatan kalian itu melanggar peraturan sekolah maka ibu maafkan. Namun, tidak cukup hanya dengan meminta maaf saja. Sesuai dengan peraturan yang ada di sekolah kita, setiap pelanggaran ada sanksinya. Apakah kalian siap menerima sanksi tersebut?” Tanya ibu dengan tegas.

“Siap, Bu…!!!” Jawab kami serentak.

Lalu, ibu meminta aku untuk mewakili teman-teman sekelasku membuat surat pernyataan yang berisi bahwa kami tidak akan mengulangi perbuatan tersebut. Satu per satu kami pun menandatangani surat pernyataan yang telah kutulis di buku piket sekolah. Dan sebagai sanksinya, kami pun harus berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali.

Tak cukup itu, kami pun harus membersihkan toilet guru secara bergantian setiap hari selama satu minggu. Nah, yang terakhir ini yang membuatku sangat malu. Meskipun di rumah pekerjaan seperti itu sudah biasa kulakukan. Namun, melakukan pekerjaan itu di sekolah dengan seragam putih biru kebanggaanku? OMG..!!!

Ditambah lagi harus berangkat lebih awal dari hari-hari sebelumnya untuk membersihkan toilet agar tidak didahului oleh bel masuk berbunyi. Seusai membersihkan toilet kami pun wajib lapor kepada Pak Paino, penjaga sekolah yang bertugas mengawasi kami selama melaksanakan sanksi.

Pengalaman ini benar-benar membuatku malu dan jera. Seorang Dimas, ketua OSIS sekaligus ketua kelas, ditambah predikat putra seorang guru senior di sekolah ini melanggar peraturan sekolah? Diberi sanksi membersihkan toilet setiap hari selama satu minggu mengenakan seragam putih biru? Astaqfirullah…Dimas, kamu gak banget ya? Sungguh memalukanmu sekaligus memalukan ibumu.

Begitu hatiku mengutuk perbuatanku sendiri. Aku benar-benar malu kepada kepala sekolah, dewan guru, dan kepada seluruh teman-teman terlebih kepada adik-adik kelasku.

Sepulang sekolah langsung kujumpai ibu yang tengah bersantai duduk di pondokan belakang rumah. Seperti biasa, ibu selalu memanfaatkan waktu santainya untuk membaca novel-novel kesayangannya.

Seperti tak terjadi apa pun di sekolah tadi. Ibu menyambut salamku dengan senyum khasnya yang manis dan menyejukkan hatiku. Dengan nada ramah, ibu menyuruhku ganti pakaian dan santap siang. Itulah ibuku, paling pandai menempatkan diri di mana pun dan kapan pun. Sikapnya yang tegas dan bijak inilah yang membuat beliau disegani dan disayangi oleh anak-anak didiknya termasuk diriku.

Sebelum beranjak dari hadapan ibu, aku meminta maaf atas kejadian di sekolah tadi. Kali ini aku minta maaf atas nama pribadi karena telah mempermalukan ibu secara tidak langsung. Aku pun berjanji tak akan mengulangi kesalahan tersebut. Ibu merengkuh badanku yang jauh lebih besar dari badan ibu dan memelukku dengan penuh kasih sayang. Alhamdulillah ya, Allah. Damai rasanya hati ini.


****Selesai****


Anak-anak HEBAT, bacalah cerpen di atas dengan cermat. Setelah itu, kerjakan tugas berikut.


1. Tulislah minimal 1 paragraf sinopsis (rangkuman cerita) dari cerpen di atas! 


2. Tulislah siapakah tokoh utama dan bagaimana karakternya!


3. Tuliskan konflik (persoalan) apa yang dihadapi oleh tokoh utama dalam cerpen!


4. Bagaimanakah cara tokoh utama menyelesaikan masalah yang dihadapinya?


5. Tuliskan tanggapan kalian terhadap tema dan amanat cerpen di atas!


GURUKU, PAHLAWANKU

 Karya: Mujiatun,S.Pd.

(Guru SMPN 2 Banjit, Way Kanan, Lampung)



Mentari bersinar cerah, semburat keemasan melukis langit di ufuk timur. Perlahan sinar mentari mengahangatkan tubuh ini dari hawa dingin karena hujan semalam. Sejuk dan hangat membuatku semakin bersemangat untuk melangkah ke sekolah. Setiap hari aku sengaja berjalan kaki ke sekolah, selain sembari berolahraga juga untuk menghemat biaya karena jarak tempat tinggalku dengan sekolah hanya satu km saja.

Seperti biasa, semangat 45-ku membara setiap kali akan berangkat ke sekolah. Bagiku, sekolah adalah “TAMAN” yang paling indah. Di sekolah, aku memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang pelajaran, jumpa dengan guru-guru hebat idolaku dan sahabat-sahabat kesayannganku. Selain itu, di sekolah juga terdapat berbagai fasilitas yang dapat kumanfaatkan untuk berbagai kegiatan, baik seni maupun olahraga. Semua itu, tak pernah kujumpai di tempat lain. Karena itulah, aku selalu merindukan sekolah.

Tepat pukul 07.00 WIB aku sampai di sekolah. Seperti hari-hari sebelumnya, di sekolah sudah ramai oleh siswa maupun guru. Lima belas menit kemudian bel masuk pun berbunyi, pertanda kami harus memasuki ruang kelas masing-masing dan melaksanakan kegiatan literasi. Selama lima belas menit kami membaca buku antologi cerpen dibimbing oleh Bu Suci. Tepat pukul 07.30 WIB kami harus memulai kegiatan pembelajaran.

Namun, usai kegiatan literasi bel pun kembali berbunyi sebanyak 5 kali. Itu pertanda bahwa kami harus berkumpul di lapangan sekolah. Seluruh siswa dan guru segera berbaris dengan tertib di lapangan. Kepala sekolah pun telah siap berdiri di podium untuk menyampaikan sesuatu kepada kami.

“Anak-anak hebat”, begitu Pak Kepsek selalu menyapa siswa. “Berdasarkan Surat Edaran Kemdikbud, mulai hari ini hingga satu bulan ke depan kita belajar dari rumah. Ingat, bukan libur ya? Kalian tetap belajar seperti biasa dari rumah secara online atau daring.” Jelas Pak Kepsek melanjutkan.

“Iya, Pak…!” Kami pun serentak mengiyakan meskipun dalam hati bertanya-tanya mengapa.
Maka, kepala sekolah pun menjelaskan panjang lebar tentang alasan mengapa kami harus belajar jarak jauh atau PJJ secara daring. Ternyata, alasannya adalah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 yang akhir-akhir ini makin merebak hingga ke pelosok daerah, termasuk di daerah kami.

Selama belajar di rumah, aku mengalami kesulitan dalam memahami materi yang ada di buku. Karena biasanya, guru akan menjelaskan dan memberikan contoh saat belajar tatap muka di kelas. Untunglah, kedua orang tuaku selalu membantu dalam belajar.
Mereka memberikan fasilitas berupa handphone untuk memudahkanku dalam mengakses pembelajaran. Dan jika ada materi yang sulit dipahami aku pun dapat browsing di  internet. Namun, masalahnya orang tuaku tak selalu dapat membelikan kuota dalam jumlah besar untuk pembelajaran. Sehingga aku sering ketinggalan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru di grup.

“Nak, maafkan Bapak, ya? Bulan ini belum bisa membelikanmu paket kuota sebab hasil upahan Bapak cuma cukup untuk keperluan makan sehari-hari,” kata Bapak dengan nada sedih.

“Iya, Nak. Sebenarnya, Bapak dan Ibu ingin sekali kamu tetap bisa belajar meskipun hanya dari rumah. Kamu anak yang cerdas dan rajin belajar. Sayang kalau kamu selama pandemi ini tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran.” Jelas Ibu semakin membuatku pilu.

“Iya, Pak, Bu. Fitri ngerti dan maklum dengan keadaan kita.” Jawabku menyembunyikan rasa sedih.  “Maafkan Fitri ya, Pak, Bu?  Fitri  sudah  menambah  beban  Bapak dan Ibu.” Lanjutku.
Aku bangga  kepada orang tuaku yang sangat mendukung kemajuan pendidikanku selama ini. 

Namun, keadaan ekonomi orang tuaku tak semampu orang tua teman-teman di sekolah. Bapak sehari-hari hanya upahan membersihkan sawah dan ladang tetangga karena tak memiliki lahan sendiri.

Sementara ibu, sehari-hari hanya upahan mencuci pakaian tetangga yang membutuhkan jasanya. Penghasilan orang tuaku selama ini memang hanya cukup untuk kebutuhan makan. Untung saja, sebulan yang lalu ketika harus belajar daring, Bu Suci memberikan HP androidnya yang tidak terpakai lagi kepadaku.
****

Tiga bulan telah berlalu pembelajaran daring (PJJ). Namun, Covid-19 belum ada tanda-tanda mereda. Bahkan makin meluas ke mana-mana dan makin banyak yang positif Corona bahkan makin banyak pula korbannya. Demikian pula di daerahku, virus itu sudah menyebar hingga di kampungku. Keadaan ini pun semakin memperpanjang masa PJJ dan belajar dari rumah.

Siang itu, Bu Suci, wali kelasku datang ke rumah. Aku pun kaget dan takut karena sudah satu bulan tak hadir di kelas daring maupun di grup pembelajaran. Dengan begitu, tugas-tugas pun aku tak pernah mengerjakan karena tidak mengetahui informasinya.

“Assalamualaikum…, permisi…” suara lembut Bu Suci terdengar sembari mengetuk pintu.
“Wakmslm wr.wb., Bu.” Kubuka pintu perlahan. “Oh, Bu Suci, mari masuk, Bu. Silakan duduk, Bu.” Lalu Bu Suci pun duduk.

“Iya, Fitri, terimakasih. Kamu apa kabar, Fit?” Tanya Bu Suci kemudian.
“Alhamdulillah, baik, Bu,” jawabku singkat.
“Bapak dan ibumu ada, Fit? Tanya Bu Suci lagi.

“Bapak ke ladang, Bu. Kalau ibu lagi mencuci di belakang.” Jawabku penuh tanda tanya.
“Oh ya, tolong panggilkan ibumu ya, Fit? Ada yang akan Ibu sampaikan.” Pinta Bu Suci.

Beberapa saat kemudian ibu telah berada di ruang tamu menemui Bu Suci. Beliau pun menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke rumahku. Yaitu menanyakan penyebab aku tidak pernah aktif di grup dan tak pernah mengikuti kegiatan pembelajaran atau pun mengerjakan penugasan. Aku dan ibu pun menceritakan masalah yang sebenarnya. Akhirnya, Bu Suci pun dengan bijak memaklumi keadaan kami dan membantu kami untuk mencarikan solusi.

“Nah, Ibu dan Fitri, saat ini itulah yang bisa saya sampaikan sebagai solusi dari permasalahan yang Ibu, Bapak, dan Fitri hadapi. Semoga  apa  yang  saya  tawarkan  dapat   membantu   Fitri  agar  dapat   tetap mengikuti kegiatan  pembelajaran  jarak  jauh (PJJ).” Begitu  penjelasan Bu Suci sebelum pamit pulang.
****

Rumah Bu Suci hanya berjarak satu km dari rumahku. Bu Suci menawawarkan pekerjaan untukku, yaitu membantu berers-beres di rumahnya. Dan Bu Suci akan memberikan uang yang cukup untukku. Dengan senang hati, aku  dan  keluarga  pun menerima tawaran Bu Suci.

Sejak hari itu, setiap pagi aku membantu Bu Suci di  rumahnya. Seperti menyapu, mengepel, memcuci pakaian, dan menyetrika. Aku  sudah  terbiasa  melakukan  semua  itu  di  rumah  jadi  tidak  kaget lagi. Selama dua jam semua pekerjaan beres, mulai pukul 5.30 sd 07.30 WIB. Dan sepulang  dari tempat Bu Suci aku pun  dapat  mengikuti  kegiatan pembelajaran daring. Demikian berlangsung hingga sekarang.

Alhamdulillah, saat ini sudah mendapat paket kuota dari Kemdikbud sedangkan pembelajaran masih berlanjut PJJ. Oleh karena itu, aku pun tetap membantu Bu Suci dan uang pemberian dari beliau kutabungkan. Sehingga tabunganku kini makin bertambah dan keinginanku membeli HP android yang baru akan terwujud.

Berkat rahmat Allah dan bantuan Bu Suci, aku dapat mengikuti bimbingan untuk kegiatan Kompetisi Sains Nasional (KSN) secara daring selama dua bulan. Aku mengikuti bimbingan dengan tekun seusai membantu Bu Suci. Bu Suci pun  dengan ikhlas dan senang hati membimbingku langsung di rumahnya hingga pelaksanaan daring KSN.

Bu Suci memang guru sekaligus wali kelas yang luar biasa bagiku. Bukan hanya cerdas, sabar, ramah, perhatian, tapi juga baik dan suka menolong. Rasanya, benar-benar Allah mengirim malaikat penolong buat keluargaku melalui Bu Suci. Aku dan keluargaku sudah dianggap dan diperlakukan seperti saudara sendiri oleh Bu Suci dan kelurganya.

Wal hasil, lantaran kegigihanku dan pertolongon Bu Suci, sebulan kemudian pengumuman. Aku meraih juara pertama KSN untuk tingkat kabupaten dan berhak mengikuti KSN di tingkat provinsi.

Bahagia tak terkira rasanya, hingga tak terbendung air mataku ketika Bu Suci mengabarkan tentang ini. Dengan bangga dan penuh haru Bu Suci mengucapkan selamat sembari memelukku penuh kasih sayang selayak anaknya sendiri.

“Selamat dan sukses ya, Fitri. Kamu memang anak cerdas dan hebat. Ibu bangga dan salut padamu”, kata Bu Suci sembari menjabat tangan dan memelukku.
“Alhamdulillah, trimakasih, Bu. Ini semua lantaran bimbimbingan Bu Suci juga” jawabku penuh haru.

“Fitri harus lebih giat lagi belajar dan mengikuti bimbingan dengan maksimal, ya? Agar di tingkat provinsi nanti sukses meraih juara pertama lagi.” Bu Suci memberiku semangat.
“Iya, Bu, siap.” Jawabku sembari mengangkat tangan memberi hormat kepada Bu Suci. Bu Suci pun tampak gemas dan mencubit pipiku.
****

Terima kasih ya Allah, telah Engkau kirimkan Bu Suci dalam kehidupanku. Beliau ikhlas menolong dan membimbingku dalam belajar dan meraih prestasi. Bahkan, beliau sangat menyayangiku selayak anak sendiri.

Kumohon pada-Mu ya Allah, lindungi dan sayangi selalu Bu Suci dan keluarganya. Jauhkan beliau dari segala marabahaya ya, Allah. Aku sangat menyayangi beliau seperti ibu kandung sendiri. Aamiin ya Robbal aalamiin. Doa ini selalu kulantunkan kepada Allah untuk Bu Suci dan keluarganya di setiap usai sholatku.

Pandemi benar-benar memberikan pembelajaran yang luar biasa bagiku dan keluargaku. Kami harus selalu sehat dan berpikir cerdas mencari solusi di tengah krisis ini. Kami dituntut untuk lebih cerdas dan bijak dalam memanfaatkan teknologi sehingga masih tetap bisa belajar dan mengikuti pembelajaran.

Tidak bisa belajar di sekolah  bukan halangan untuk tetap berprestasi. Melalui pandemi ini pula, aku dan keluargaku dipertemukan oleh Allah dengan seseorang yang suci hati dan pikirannya yakni Bu Suci, GURUKU PAHLAWANKU.

              ***Selesai***


Anak-anak HEBAT, bacalah cerpen di atas dengan cermat. Setelah itu, kerjakan tugas berikut.

1. Tulislah minimal 1 paragraf sinopsis (rangkuman cerita) dari cerpen di atas! 

2. Tulislah siapakah tokoh utama dan bagaimana karakternya!

3. Tuliskan konflik (persoalan) apa yang dihadapi oleh tokoh utama dalam cerpen!

4. Bagaimanakah cara tokoh utama menyelesaikan masalah yang dihadapinya?

5. Tuliskan tanggapan kalian terhadap tema dan amanat cerpen di atas!

 

Minggu, 06 Februari 2022

Pengertian, Tujuan/Fungsi, Struktur, Ciri-ciri, dan Kaidah Kebahasaan Teks Tanggapan


(Materi Bahasa Indonesia Kelas 9 Semester Genap)

Oleh: Mujiatun, S.Pd. 

(Guru Smpn 2 Banjit, Way Kanan, Lampung)

 


Anak-anak hebat, pada artikel ini kita akan membahas materi Bahasa Indonesia tentang Teks Tanggapan. Yakni, kita akan membahas pengertian, tujuan, struktur, dan ciri-ciri Teks Tanggapan.

Anak-anak hebat tentu tidak asing lagi dengan istilah “tanggapan” atau lebih populernya disebut dengan komen. Baik secara sadar maupun tidak, kita sering memberikan tanggapan atas sesuatu hal.  Baik berupa suatu karya, objek, kebijakan, dan lain-lain. Setidaknya, kita pernah mendengar atau membaca tanggapan atau komen seseorang di media sosial terhadap sesuatu. 

Seperti apakah sebuah tanggapan itu? Misalnya, sebuah acara bincang-bincang di televisi menghadirkan para pakar pendidikan. Para pakar tersebut diminta untuk memberikan tanggapan terhadap situasi dan kondisi pendidikan di masa pandemi saat ini. Tanggapan para pakar itulah yang dimaksud dengan komentar atau sebuah tanggapan.

Pada artikel ini kita akan membahas tentang 5 hal penting. Yakni, pengertian teks tanggapan, tujuan/fungsi teks tanggapan, struktur teks tanggapan, jenis teks tanggapan, dan ciri-ciri teks tanggapan. Untuk lebih jelasnya, silakan anak-anak hebat ikuti pembehasan berikut ini ya?

Pengertian Teks Tanggapan

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata “tanggapan” didefinisikan sebagai sambutan terhadap ucapan yang bisa berupa kritik, komentar, dan sebagainya.

Dilansir dari repository Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), menurut Sujanto tahun 2004, tanggapan adalah gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah mengamati. 

Jadi, apakah pengertian dari teks tanggapan? Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa teks tanggapan adalah teks yang berisi komentar, evaluasi, kritik, pujian, saran, dukungan, atau penolakan, terhadap sesuatu hal dari sudut pandang seseorang.

Tujuan/Fungsi Tes Tanggapan

Teks tanggapan memiliki beberapa tujuan/fungsi sebagai berikut.

  1. Memberikan masukan yang membangun terhadap suatu hal agar lebih baik lagi. 
  2. Sebagai wadah komunikasi antarpenanggap agar dapat berdialog melalui sebuah konteks, deskripsi, dan penilaian terhadap suatu hal.
  3. Mengapresiasi sebuah karya, kebijakan, atau objek dengan memperhatikan setiap detail, sejelas mungkin.
  4. Memberikan saran secara sistematis, penilaian yang objektif, disertai alasan yang logis, dan santun.

Struktur Teks Tanggapan

Struktur teks tanggapan terdiri dari 3 bagian.

Konteks

Konteks merupakan bagian awal yang berisi keterangan umum tentang beberapa hal berikut. Objek/apa yang akan ditanggapai? Di mana dan kapan objek atau peristiwa terjadi? Peristiwa atau objek apa yang akan ditanggapai?

Deskripsi

Bagian ini berisi inti pembahasan yang diangkat oleh penanggap. Yakni merupakan opini penanggap dari berbagai sudut pandang. Selain itu, juga dilengkapi dengan informasi serta fakta-fakta pendukung opini tersebut. Misalnya, apa dan bagaimana sesuatu itu terjadi atau dihasilkan.

Penilaian

Penilaian merupakan bagian akhir teks yang berisi sesuatu yang kita pikirkan tentang suatu objek atau peristiwa. Bisa berupa kritik, pujian, atau pun saran terhadap sesuatu yang kita tanggapi.

Ciri-Ciri Teks Tanggapan

Teks tanggapan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Bersifat objektif berdasarkan fakta dan data. 
  2. Disampaikan secara jelas dan logis serta sopan.
  3. Memiliki struktur, yaitu: konteks, deskripsi, dan penilaian. 
  4. Bukan pujian atau kritikan semu.

 

 Kaidah Kebahasaan Teks Tanggapan

Berikut kaidah kebahasaan yang terdapat di dalam teks tanggapan.

  1.  Kalimat kompleks, merupakan kalimat yang terdiri dari induk dan anak   kalimat
  2.  Konjungsi, untuk menggabungkan induk kalimat dengan anak kalimat dalam teks tanggapan menggunakan konjungsi, atau kata penghubung.
  3. Rujukan atau referensi, bisa dimanfaatkan sebagai dukungan informasi atau tanggapan yang diberikan.Diksi atau pilihan kata, agar sebuah tanggapan jelas dan mudah dipahami maksunya perlu diksi yang tepat.

Nah, anak-anak hebat, demikian pembahasan kita tentang teks tanggapan pada artikel kali ini. Semoga artikel kali ini bermanfaat buat kalian ya? Tetap semangat belajar dan selalu jaga protokol kesehatan. Sampai jumpa pada artikel berikutnya, yakni tentang “Struktur Teks Tanggapan Beserta Contohnya”.  Untuk lebih jelasnya, kalian bisa klik link pada channel youtube berikut untuk menyaksikan video pembelajaran tentang teks tanggapan.

Evaluasi Pembelajaran

Anak-anak hebat,  untuk menguji pemahaman kalian tentang materi teks tanggapan silakan jawab pertanyaan-pertanyaan berikut di buku tugas ya?

  1. Tuliskan pengertian teks tanggapan! 
  2. Tuliskan tujuan dan fungsi teks tanggapan!
  3. Tuliskan struktur teks tanggapan! 
  4. Tuliskan ciri-ciri teks tanggapan!
  5. Tuliskan kaidah kebahasaan teks tanggapan!

LOKAKARYA ORIENTASI WAY KANAN BERJALAN LANCAR

  Minggu, 23 Oktober 2022 oleh  MUJIATUN S.Pd. CGP Angkatan 7 Kabupaten Way Kanan Tahun 2022 Kelas 10 B  Kegiatan Lokakarya Orientasi PG...