BERKARYA BERSAMA PUTRA SULUNG
Oleh
Mujiatun, S.Pd.
(SMPN
2 Banjit, Way Kanan, Lampung, NPA 0810100104)
(Tantangan Menulis Hari Ke-21: Minggu1 21 Februari 2021)
Buku Kumpulan “Pantun Nasihat Guru untuk Murid” Karya Saya, Putra Sulung, Dkk.
Selain
harus mampu mengajarkan cara menulis cerpen, sebagai guru Bahasa Indonesia saya
pun harus mampu mengajarkan puisi. Karena puisi juga masuk dalam materi pelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah.
Puisi
terdiri dari dua macam, yakni puisi lama dan puisi modern. Puisi lama terbagi
menjadi beberapa jenis, yaitu: pantun, syair, gurindam, talibun, dan lain-lain.
Selama
ini saya baru mempelajari teknik dan praktik menulis cerpen. Selain itu, juga telah
mengikuti kegiatan menulis buku bersama berupa antologi cerpen. Alhamdulillah, sudah ada 10 buku
antologi cerpen ber-ISBN yang terbit. Buku-buku tersebut karya saya dan putra
sulung, M. Wiratama Albarizi, S.Pd. yang juga guru Bahasa Indonesia, bersama penulis-penulis
dari seluruh Indonesia.
Akan
tetapi, untuk buku antologi puisi khususnya pantun saya belum pernah mengikuti.
Oleh sebab itu, saya pun ingin belajar teknik menulis pantun sekaligus praktik
menulis. Kebetulan saat itu, Perkumpulan Rumas Seni Asnur (PERRUAS) di bawah
pimpinan Bang Asrizal Nur membuka pelatihan menulis pantun.
Saya
dan putra sulung pun mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan dilaksanakan setiap malam minggu
selama 2 jam, mulai pukul 19.00 sd 21.00 WIB. Kegiatan pelatihan berlangsung selama
16 kali pertemuan.
Ternyata,
menulis dan mencipta pantun yang “KUAT” itu
tak semudah yang saya bayangkan selama ini. Tidak cukup hanya memiliki 4 baris
seuntai, 2 baris pertama sampiran, 2 baris kedua isi, dan rima akhir AB,AB. Tidak
sesederhana itu menurut Bang Asnur, sastrawan dan budayawan Indonesia asal Riau.
Menurut
beliau, pantun adalah karya puisi lama yang merupakan karya sastra adiluhung
Nusantara yang berkembang secara lisan dari zaman ke zaman. Pantun tidak hanya
memiliki kekuatan pada diksi dan rima. Akan tetapi, juga memiliki aturan-aturan
baku.
Aturan-aturan
baku tersebut akan menguji tingkat penguasaan penulis dalam merangkai
kata-kata, diksi, rima, dan kecerdasan dalam menyampaikan gagasan. Itulah
kelebihan pantun dibanding puisi modern.
Kekayaan
pantun sebagai budaya sastra lisan harus diupayakan menjadi kekayaan sastra
tulisan. Sehingga dapat didokumentasikan dalam bentuk buku yang dapat
diwariskan kepada generasi yang akan datang. Dengan demikian sastra lisan
berupa pantun ini tidak akan punah dari bumi pertiwi.
Oleh
sebab itu, saya mengikuti kegiatan pelatihan menulis pantun tersebut. Dengan tujuan
untuk menggali ilmu tentang teknik penulisan pantun sebagai bekal memberikan
pembelajaran kepada anak didik. Selain itu, saya pun ingin turut serta
melestarikan khasanah budaya asli Indonesia ini.
Dengan
bimbingan Bunda Rina Susanti dari Padang dan Bunda Sabariah dari Aceh saya
belajar memilih dan merangkai kata-kata untuk jadikan baris-baris pantun. Satu kali
pertemuan belum tentu dapat satu bait pantun. Meskipun sudah bagus dan sudah “kuat” menurut kedua pembimbing tersebut
tetapi belum tentu menurut Bang Asnur.
Oleh
sebab itu, perlu kesabaran dan ketekunan baik dari saya sebagai pembelajar
maupun dari beliau-beliau sebagai pembimbing dalam pelatihan itu. Saya tidak
menyerah meskipun berkali-kali pantun saya ditolak oleh Bang Asnur dan
berkali-kali pula harus direvisi. Justru saya semakin semangat dan penasaran
untuk menulisnya kembali.
Dalam
belajar, saya selalu berprinsip: bila orang lain bisa, saya pun harus bisa.
Oleh sebab itu, saya tetap mengikuti bimbingan dengan sabar dan tekun.
Alhasil,
dalam waktu kurang lebih 4 bulan, yaitu pada pertemuan ke-14 pantu nasihat guru
untuk murit karya saya pun sudah disetujui oleh Bang Asnur. Menurut beliau,
patun karya saya sudah “kuat” dan
sudah layak untuk dipublish. Karena antara sampiran dan isi sudah berhubungan
erat dan rimanya pun sudah ada di awal dan akhir.
Pelatihan
menulis pantun di PERRUAS ini diikuti oleh 275 guru dari seluruh Indonesia. Mereka
dari daerah Aceh sampai dengan daerah Papua. Bangga rasanya bisa belajar bersama
guru-guru hebat dari seluruh Nusantara. Terlebih dibimbing langsung oleh Bang
Asrizal Nur.
Banyak
hal yang saya peroleh selama pelatihan online
tersebut. Selain ilmu, pengetahuan, dan pengalaman tentang menulis pantun, saya
pun memperoleh banyak sahabat hebat yang telah berhasil di bidang literasi.
Dengan
demikian, semakin menambah wawasan saya di bidang literasi, khususnya tentang
menulis. Yang lebih membanggakan bagi saya dan peserta pelatihan yang lain
adalah pantun karya kami tersebut dibukukan oleh Bang Asrizal Nur.
Dalam
waktu satu bulan, buku antologi ber-ISBN dengan judul “Pantun Nasihat Guru untuk Murid”
itu pun terbit. Alhamdulillah,
dari Provinsi Lampung hanya 5 orang yang turut berkarya di buku tersebut. Satu orang
dari Kodya Bandarlampung, 2 orang dari Lampung Barat, dan 2 orang dari Way
Kanan. Dua orang dari Kabupaten Way Kanan tersebut adalah saya dan putra
sulung.
Semoga
pantun karya kami ini akan bermanfaat bagi para pembaca. Karena semua berisi
pesan yang positif buat murid/peserta didik. Dengan harapan melalui pantun ini
khasanah budaya khas nusantara akan tetap lestari keberadaannya. Aamiin.
Salam
Literasi,
Way
Kanan, Lampung, 21 Februari 2021
Wah, putra sulungnya sudah sebesar itu? Bu Muji awet muda yaaaaa .... Senang sekali baca tulisan ini, ketika dalam satu keluarga saling support dan bersinergi bersama menghasilkan karya.
BalasHapusHihi, anak Ditta sekarang masih 14 bulan. Suatu saat nanti, semoga bisa mengikuti jejak langkah Bu Muji berkarya bersama anak tercinta.
Keren Bu 👍🏻
Alhamdulillah, anugerah terindah dari Allah Mbak Ditta. Di tengah pandemi Allah kirimkn putra ibu sendiri sebagai rekan untuk bersinergi dalam berkarya dan berinovasi.
HapusWaah mantap bin keren. Enak bisa kerjasama dgn keluarg tercinta. Semoga tetap sehat, lancar dan sukses tanpa ekses. Very good. Lanjutkan!
BalasHapusAlhamdulillah, trimksh Pak Nana yg selalu mengapresiasi dan mensupport saya dalam menulis. Semoga kita bisa berkarya bersama dan bersama2 dalam berkarya.
HapusWah, ini BBM baru nih di tengah pandemi. BBM ini pasti akan naik terus...naik popularitasnya. Semangat bu, salam literasi.
BalasHapusAamiin ya Allah. Trimksh atas doa dan apresiasi nya ya Pak?
Hapus