TRIK MENULIS BUKU 7 HARI ALA BU IIN
Oleh
Mujiatun, S.Pd.
(SMPN
2 Banjit, Way Kanan, Lampung, NPA 0810100104)
(Tantangan Menulis Hari Ke-20: Sabtu, 20 Februari 2021)
Hujan
deras yang mengguyur bumi pertiwi malam itu, tak menyurutkan niat saya untuk
tetap belajar. Semangat untuk menggali ilmu tentang menulis dari
narasumber-narasumber hebat di Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 17 tetap
menyala.
Malam
itu, Jumat (19 Februari 2021), merupakan pertemuan ke-21 pada Pelatihan Belajar
Menulis di kelas WAG Omjay. Meskipun sudah cukup untuk persyaratan menerbitkan
buku tetapi saya masih semangat dan penasaran untuk mengikuti materi-materi berikutnya.
Demikian
pula dengan peserta yang lain, malam itu masih antusias mengikuti paparan
materi yang disampaikan oleh Ibu Musiin,
M.Pd, yang hadir sebagai narasumber. Hal itu tampak dari banyaknya
pertanyaan yang menghujani narasumber. Ibu Musiin didampingi oleh moderator
andal yang memiliki segudang karya dan prestasi, beliau adalah Ibu Sri Sugiastuti yang akrab disapa dengan
Bunda Kanjeng.
Tema
yang disajikan oleh Ibu Musiin, M.Pd. pada pertemuan ke-21 adalah "Menaklukkan
Tantangan Menulis Nonfiksi 7 Hari" . Sebuah tema yang memantik
renjana saya untuk menulis. Sehingga saya semakin
semangat untuk menyimak paparan materi selanjutnya.
Ibu
Iin (begitu panggilan akrab beliau) adalah alumni kelas menulis Omjay gelombang
8. Beliau juga berhasil menaklukkan tantangan menulis dari Prof. Eko dengan
judul “Literasi Digital Nusantara, Meningkatkan Daya Saing Generasi”.
Karya-karya beliau pun telah berhasil diterbitkan oleh penerbit mayor dan dapat
kita jumpai di toko buku Gramedia.
Prof.
Eko itu ibarat master chef yang
memberi banyak pilihan bahan masakan yang bisa diolah menjadi berbagai jenis
hidangan. Bahan masakannya telah disediakan oleh Prof. Eko di Ekoji Channel. Begitu Bu Iin
memberikan perumpamaan terhadap Prof. Eko.
Sebagaimana
penjelasan Prof. Eko, kita bisa menulis apa saja. Ide atau tema tulisan yang sesuai
dengan kegemaran, cerita, pengalaman, atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai.
Pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang kita miliki merupakan bentuk
buku yang ada di dalam diri kita tetapi belum dipublikasi.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa tingkat tinggi. Jika dibandingkan dengan tiga keterampilan yang lainnya, yakni keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara.
Dan
sudah bukan rahasia lagi bahwa menulis itu bukanlah keterampilan yang mudah
untuk dikuasai. Terlebih bagi orang-orang yang masih awam di dunia menulis atau
penulis pemula seperti saya. Oleh karena itulah, saya mengikuti pelatihan
belajar menulis ini. Dengan harapan dapat mengasah keterampilan menulis dan
mampu melahirkan sebuah karya tulis berupa buku.
Bu
Iin menjelaskan beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai TRIK MENULIS BUKU NONFIKSI
DALAM 7 HARI. Berikut uraian trik ala Bu Iin tersebut.
1.
Memiliki
Motivasi Menulis
Ketika
akan menulis, sebaiknya kita tentukan alasan atau motivasi kita dalam menulis. Dengan
demikian, tulisan kita akan jelas arah dan tujuannya. Berikut alasan Bu Iin menjadi
penulis. Beliau ingin mewariskan ilmu melalui buku, ingin bukunya terpajang di
toko buku daring maupun luring, dan untuk mengembangkan
profesi beliau sebagai seorang guru.
2.
Memiliki
Keinginan Kuat untuk Menulis
Agar kita berhasil membuahkan
karya tulis tentu saja harus memiliki keinginan atau tekat yang kuat dalam menulis.
Demikian halnya dengan Bu Iin, beliau memiliki keinginan kuat dalam menulis.
Sehingga mampu menghasilkan sebuah karya yang dapat mewujudkan harapannya. Hal
ini bermula dari keberhasilan Bu Iin dalam menaklukan tantangan menulis buku
dalam seminggu dari Prof. Eko.
Buku-buku karya beliau benar-benar terpajang di rak buku toko Gramedia. Hasil karya itu pun mengantarkan beliau ke berbagai kelas menulis. Salah satunya WAG Pelatihan Belajar Menulis PGRI binaan Omjay Gelombang 17 ini.
3. Memahami Pola Penulisan Buku Nonfiksi
Pola
penulisan buku nonfiksi menurut penjelasan Bu Iin ada tiga. Pola Hierarkis, yakni buku disusun
berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit, contohnya
Buku Pelajaran. Pola Prosedural, yaitu
buku disusun berdasarkan urutan proses, contohnya Buku Panduan. Pola Klaster, yaitu buku disusun poin
per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku
kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang antarbabnya setara. Bu Iin dalam hal
ini menggunakan Pola Klaster pada
saat menulis buku “Literasi Digital Nusantara”.
4.
Memahami
Langkah-Langkah Penulisan Buku Nonfiksi
Selain pola penulisan, kita pun
harus memahami langkah-langkah proses penulisan buku nonfiksi. Ada 4 langkah proses
penulisan buku nonfiksi menurut Bu Iin. Langkah-langkah itu meliputi: pratulis,
menulis draf, merevisi draf, dan menyunting naskah.
Langkah Pertama (Pratulis)
Pada langkah pertama (pratulis) ini yang kita
lakukan adalah menentukan tema, menemukan ide, merencanakan
jenis tulisan, mengumpulkan bahan tulisan, bertukar pikiran, menyusun daftar, meriset,
membuat mind mapping, dan menyusun
kerangka tulisan.
Dalam
sebuah buku cukup satu tema saja. Contoh tema buku nonfiksi adalah parenting,
pendidikan, motivasi dan lain-lain.
Ide
yang menarik dari sebuah tema yang telah kita tentukan dapat diperoleh dari pengalaman
pribadi, pengalaman orang lain, berita di media massa, status
Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram, imajinasi, mengamati lingkungan, hasil perenungan,
dan membaca buku.
Tema
pendidikan yang diangkat oleh Bu Iin idenya berasal dari berita di media massa,
mengamati lingkungan, dan penguatan materi dari Prof. Eko. Yaitu materi yang
tersaji di Ekoji channel berjudul “Digital Mindset” (The Key to Transform Your Organization) yang ditayangkan pada tanggal 20 Maret
2020.
Sementara
referensinya beliau peroleh dari literasi di internet. Referensi itu
sendiri terdiri dari: pengetahuan (yang diperoleh secara formal , nonformal ,
atau informal), keterampilan (yang diperoleh secara formal , nonformal , atau
informal), pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini, penemuan
yang telah didapatkan, dan pemikiran yang telah direnungkan
Langkah
berikutnya adalah pembuatan kerangka menulis yang kemudian diajukan kepada
Prof. Eko. Setelah disetujui oleh Prof. Eko dilanjutkan ke proses penulisan. Bu
Iin menyusun kerangka buku berdasrkan nasihat Pak Yulius Roma Patandean
di channel beliau.
Bu
Iin mengikuti jejak Pak Yulius dalam membuat tulisan agar rapi dan tertata
sejak awal. Berikut kerangka tulisan beliau.
BAB 1 Penggunaan Internet Di
Indonesia
A. Pembagian Generasi Pengguna Internet
B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet
BAB 2 Media Sosial
A. Media Sosial
B. UU ITE
C. Kejahatan di Media Sosial
BAB 3 Literasi Digital
A. Pengertian
B. Elemen
C. Pengembangan
D. Kerangka Literasi Digital
E. Level Kompetensi Literasi Digital
F. Manfaat
G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas
Generasi
H. Kewargaan Digital
BAB 4 Ekosistem Literasi Digital di Nusantara
A. Keluarga
B. Sekolah
C. Masyarakat
BAB 5 Literasi Digital untuk
Membangun Digital Mindset Warganet +62
A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di
Indonesia
B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di
Indonesia
C. Membangun Digital Mindset Warganet +62
Anatomi
Buku Nonfiksi
Dalam
menulis, kita pun harus memahami anatomi buku nonfiksi. Anotomi buku nonfiksi
melupti: Halaman Judul, Halaman Persembahan (OPSIONAL), Halaman Daftar Isi, Halaman
Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh), Halaman Prakata,
Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL), Bagian /Bab, Halaman Lampiran
(OPSIONAL), Halaman Glosarium, Halaman
Daftar Pustaka, Halaman Indeks, dan Halaman Tentang Penulis.
Langkah Kedua (Menulis Draf)
Pada langkah kedua ini kita menulis draf yang
terdiri dari: menuangkan konsep dalam tulisan dengan prinsip
bebas dan tidak mementingkan kesempurnaan tetapi lebih pada bagaimana ide
dituliskan.
Langkah Ketiga (Merevisi Draf)
Pada langkah ketiga ini kita merevisi
sistematika/struktur tulisan/penyajian dan memeriksa gambaran besar dari
naskah.
Langkah Keempat (Menyunting
Naskah berdasarkan KBBI dan PUEBI)
Pada langkah keempat ini kita melakukan sunting
naskah berdasarkan KBBI dan PUBI yang meliputi: ejaan, tata
bahasa, diksi, data dan fakta, legalitas dan norma.
Dalam
menaklukkan tantangan dari Prof. Eko ini, Bu Iin pun mengalami beberapa hambatan
ketika menulis. Hambatan-hambatan tersebut meliputi: waktu, kreativitas, teknis, tujuan, dan psikologis.
Menurut
Bu Iin, hambatan yang terberat adalah hambatan psikologis. Karena hal ini
berkaitan dengan deadline yang diberikan. Memang seharusnya deadline ini
justru menjadi trigger bagi kita untuk segera menyelesaikan tulisan.
Akan
tetapi, Bu Iin punya trik tersendiri untuk mengatasi hambatan-hambatan
tersebut. Diantaranya dengan banyak membaca, mencari inspirasi di lingkungan
sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber. Selain itu, disiplin
menulis setiap hari, pergi ke pasar dan memasak. Hal ini akan menjadi mood booster untuk bergairah menulis
kembali.
Demikian
trik dan tips dari Bu Iin dalam menaklukkan tantangan Prof. Eko untuk menulis
buku nonfiksi dalam waktu hanya 7 hari. Sebelum mengakhiri paparan materinya
malam itu, Bu Iin pun memberikan kalimat motivasi yang dikutip dari penulis
legendaris tanah air, yaitu Bapak Pramoedya
Ananta Toer. Berikut kalimat motivasi yang selalu membangkitkan semangat
saya setiap kali “lesu” menulis.
Orang
boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di
dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Salam Literasi,
Way Kanan, Lampung, 20 Februari
2021
Terimakasih artikelnya lngkp, sempurna dan mnginspirasi. Semoga tetap semangat berkarya dan berprestasi. Very good 👍👍
BalasHapusAlhamdulillah, trimksh Pak Nana sudah berkenan memberikan apresiasi dan supportnya.
Hapus