Satu Rasa Sejuta Makna
Oleh
Mujiatun, S.Pd.
(SMPN
2 Banjit, Way Kanan, Lampung, NPA 0810100104)
(Tantangan Menulis Hari Ke-15: Senin, 15 Februari 2021)
Sebagai
seorang guru, saya harus menguasai keterampilan menulis. Terlebih, saya sebagai
seorang guru Bahasa Indonesia. Selain harus mengajarkan keterampilan mendengar,
membaca, dan berbicara, saya pun harus mengajarkan keterampilan menulis kepada
anak didik di sekolah.
Bukan
rahasia lagi bahwa keterampilan berbahasa yang satu ini merupakan keterampilan
tingkat tinggi yang paling sulit untuk dikuasai. Bukan hanya anak didik yang
mengalami kesulitan ini. Bahkan sebagian besar guru pun sangat sulit menuangkan
gagasan atau ide dalam bentuk tulisan. Hal itu disebabkan oleh minimnya ilmu
dan pengetahuan di bidang menulis. Baik menulis yang bersifat ilmiah, populer,
maupun sastra.
Berangkat
dari hal itulah, sebagai seorang guru saya merasa perlu mengupgrade ilmu dan
pengetahuan tentang menulis. Dengan
harapan, selain untuk berkarya secara pribadi juga untuk bekal membimbing anak
didik dalam mengembangkan keterampilan menulis.
Upaya
meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah dan semi ilmiah sudah pernah
saya ikuti, baik daring maupun luring. Akan tetapi, khusus untuk mengembangkan
hobi saya menulis sastra baik berupa puisi ataupun cerpen belum pernah
mengikutinya. Jadi, selama ini menulis karya sastra hanya berdasarkan
teori-teori dari dalam buku.
Oleh
karena itu, saya mengikuti kegiatan pelatihan daring “Kelas Pena Kreatif”. Pelatihan gratis tersebut diikuti oleh 125
peserta dari seluruh Indonesia. Kegiatan berlangsung secara daring setiap malam
2 jam selama 1 minggu. Selebihnya, kami dibimbing oleh narasumber langsung
untuk mengerjakan penugasan selama satu minggu pula.
Meskipun
kelas hanya berlangsung dalam 1 minggu tetapi sudah banyak ilmu penegetahuan
yang saya dapatkan. Materi yang disampaikan seputar strategi menulis cerpen
hingga penerbitan sebuah buku.
Materi-materi
dalam pelatihan dikemas dalam pembelajaran yang manis oleh narasumber. Materi
pembelajaran disampaikan secara sistematis dengan model pembelajaran yang
kreatif dsn inovatif. Sehingga seluruh peserta mudah memahami materi pelatihan
yang disampaikan oleh narasumber.
Sertifikat Penulis Buku Antologi “Satu Rasa Sejuta Makna”
Meskipun
pelatihan diselenggarakan secara daring tetapi terasa seperti tatap muka
langsung di dunia nyata. Peserta dan narasumber melakukan komunikasi dan saling
memotivasi. Sehingga kelas terasa nyaman dan peserta bersemangat mengikuti
pelatihan hingga usai.
Berikutnya,
saya dan peserta lain diberi tantangan setiap hari menulis satu cerpen. Masing-masing
cerpen dengan tema dan genre berbeda. Hari pertama kami harus menulis sebuah
cerpen romantis, hari kedua cerpen perjuangan, hari ketiga cerpen humor, hari
keempat cerpen horor, dan hari kelima cerpen ana-anak. Hasil karya kami harus
dipublikasikan di fecebook masing-masing dengan menandai Bu Deudeu Desmiati, narasumber sekaligus
pembimbing di KPK. Karya kami pun dikunjungi dan dikomentari oleh beliau.
Pada
hari terakhir pelatihan, yaitu pertemuan ke-7 kami diberi tantangan final. Tantang
tersebut yaitu menulis sebuah cerpen bertemakan tentang perjuangan dan
pengorbanan seorang ibu untuk putra-putrinya. Tema ini membuat saya semangat
untuk segera menulis. Memang sudah lama saya ingin mengungkapkan betapa besar
pengorbanan dan perjuangan seorang ibu dalam menghantarkan kesuksesan
putra-putrinya.
Cerpen
saya saat itu berjudul “Telaga Kasih”. Cerpen ini diilhami
oleh kisah sahabat karib saya yang berjuang melawan penyakitnya selama 8 tahun.
Beliau berjuang untuk sembuh demi putra-putrinya agar dapat meraih kesuksesan
hingga meraih gelar sarjana.
Karya
kami pun dikurasi dan direvisi oleh Bu Deudeu, lalu diterbitkan menjadi sebuah
buku antologi cerpen dengan judul “Satu Rasa Sejuta Makna”. Dalam waktu
2 bulan buku ber-ISBN hasil pelatihan kami di Kelas Pena Kreatif (KPK) itu
pun terbit.
Alhamdulillah, senang rasanya melihat nama saya berada di antara nama-nama penulis muda dari selauruh Indonesia. Lebih bahagia lagi karena di dalam buku ini ada kisah perjuangan sahabat karib saya. Meskipun pada akhirnya, Allah menjemputnya untuk mengakhiri perjuangan yang luar biasa telah dilakukannya. Buku itu pun saya sumbangkan di perpustakan sekolah beliau. Kepala sekolah dan para guru begitu bahagia dan haru menerimanya.
Semoga
melalui tulisan saya itu orang yang membaca akan terinspirasi dan termotivasi
untuk selalu optimis dan semangat dalam menghadapi kehidupan ini. Karena yang
dapat mengubah nasib kita hanyalah kita dan Allah semata. Apabila kita tidak
berusaha untuk mengubahnya, Allah pun tak akan mengubah nasib kita.
Salam
Literasi,
Way
Kanan, Lampung, 15 Februari 2021
Mantap. Semoga tetap Aktif, kreatif dan inovatif. Tetap semangat untuk terus berkarya.
BalasHapusAamiin ya Allah. Insya Allah siap Pak. Mari tetao semangat berbagi melalui literasi.
Hapus