Resume 13 GMLD: Mujiatun, S.Pd.
Sebagaimana
pertemuan-pertemuan yang lalu, pertemuan kali ini masih tetap saya nanti.
Dengan rasa rindu ingin jumpa sang idola walau hanya sebatas dunia maya. Sosok kepala
sekolah yang masih sangat muda, kreatif, inovatif, dan sangat aktif di dunia
literasi. Meskipun masih muda usia tetapi karya dan prestasinya sudah luar
biasa. Betul-betul sosok yang mewakili seorang pendidik dan guru masa kini,
yakni guru milenial di era digital.
Beliau
adalah Ibu Aam Nurhasanah yang sering saya sapa dengan panggilan Teh Geulis.
Selain cerdas, berbakat, dan berprestasi beliau pun sangat ramah dan hamble.
Mau bergaul dengan siapa pun di grup. Mudah akrab dan selalu merespon
kawan-kawan yang memerlukan bimbingan dalam menulis.
Saya
mengenal Teh Aam setahun yang lalu, yaitu di grup Belajar Menulis PGRI Bersama
Omjay gelombang 17. Kami belajar bersama dalam grup tersebut selama kurang
lebih tiga bulan. Pada saat itu beliau sering bertindak sebagai moderator dalam
kegiatan dan juga menjadi narasumber.
Alhamdulillah,
pada
pertemuan ke-13 Pelatihan Guru Motivator Litersi Digital (GMLD) ini beliau
hadir sebagai narasumber. Saya sangat senang dan bertambah semangat untuk
mengikuti paparan materi dari beliau. Terlebih, tema materi kali ini sangat
menarik, yaitu “Berbincang dengan Hoax, Media Sosial, dan Dunia Digital”,
yang beliau sampaikan pada hari Senin 29 November 2021.
Berdasarkan
biodata pribadinya, Bu Aam Nurhasanah, S.Pd. Lahir di Cipanas pada tanggal 12
Agustus 1988. Pendidikan S1 di STKIP SETIA BUDHI Rangkasbitung, Prodi
DIKSATRASIADA dan lulus tahun 2012. Saat ini, menjabat sebagai Kepala SMPS
MATHLA UL HIDAYAH CIPANAS.
Beliau
merintis karir sebagai blogger, penulis pemula, melangkah menjadi moderator,
narasumber, dan kurator. Saat ini sedang belajar menjadi editor dari naskah
peserta kelas belajar menulis Omjay dan naskah guru lainnya. Dengan keuletan
dan komitmen menulis setiap hari, beliau pernah meraih Juara 1 Lomba Blog PGRI
dan Juara 10 besar HUT AISEI kategori artikel favorit. Sungguh, sebuah
pencapaian luar biasa yang sangat memotivasi dan menginspirasi.
Bu Aam
melontarkan pertanyaan kepada peserta sebelum memulai paparan materinya. Yakni
pertanyaan tentang apakah itu hoaks. Peserta pun merespon dengan memberikan
jawaban tentang pengertian hoaks berdasarkan pengetahuannya. Tentu beragam
jawaban dari para peserta. Akan tetapi, rata-rata hampir sama, yakni sesuatu
yang bersifat bohong atau belum tentu kebenarannya.
Berdasarkan
jawaban peserta tersebut beliau menyimpulkan bawah hoax adalah berita bohong yang
belum jelas kebenarannya. Oleh sebab itu, kita jangan mudah percaya atau
langsung share info tersebut tanpa memastikan sumber dan kebenarannya. Jika
menerima berita hoax dari orang yang belum dikenal, sebaiknya kita
melaporkannya ke kominfo. Sehingga berita hoaks tersebut tidak menyebar ke
mana-mana.
Kita
dapat mengenali informasi hoaks dari ciri-ciri berikut.
1. Menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan. Sumber
tidak jelas dan tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawab atau klarifikasi.
2.
Pesan sepihak, menyerang, dan tidak netral atau
berat sebelah. Mencatut nama tokoh berpengaruh atau pakai nama mirip media
terkenal.
3. Memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi, agama,
suara rakyat. Judul dan pengantarnya provokatif dan tidak cocok dengan isinya. Memberi
penjulukan, meminta supaya diviralkan.
4.
Menggunakan argumen dan data yang sangat teknis
supaya terlihat ilmiah dan dipercaya.
5. Artikel yang ditulis biasanya menyembunyikan fakta
dan data serta memelintir pernyataan narasumbernya. Berita ini biasanya ditulis
oleh media abal-abal yang tidak jelas alamatnya.
6. Manipulasi foto dan keterangannya. Foto-foto yang
digunakan biasanya sudah lama dan berasal dari kejadian di tempat lain dan
keterangannya juga dimanipulasi.
Bila
menemui sesuatu yang bersifat hoaks di grup, sebaiknya kita menjelaskan bahwa
itu hoaks. Selain itu, kita sedapat
mungkin untuk tidak meneruskan informasi hoaks tersebut ke orang lain atau pun
ke grup lain. Sehingga orang yang tidak
tahu bahwa itu hoaks akan memahami dan akan terhindar dari hal-hal negatif
akibat hoaks
Dengan
pesatnya perkembangan dunia digital, makin marak pula berita hoax bertebaran di
media sosial. Hal ini bisa disebabkan oleh pengguna media sosial lebih banyak
berperan seabagai konsumen daripada konten kreator. Konten kreator pun saat ini
masih lebih banyak membuat konten negatif daripada yang positif.
Oleh sebab
itu, guru sebagai pendidik berperan penting dalam menyikapi kondisi tersebut.
Mari kita mulai dari diri sendiri untuk membuat dan menciptakan konten-konten
positif. Yakni, konten-konten yang bermanfaat bagi orang banyak. Baik konten
yang berisi informasi penting ataupun hal-hal yang dapat memotivasi dan
menginspirasi. Sehingga peserta didik kita akan terbiasa memposting atau pun
mengunggah sesuatu yang positif pula.
Demikian resume
yang dapat saya tulis dari paparan materi Bu Aam Nurhasanah, sosok yang sangat
saya kagumi selama ini. Meskipun secara usia, beliau lebih muda 20 tahun dari
saya tetapi gerak langkahnya benar-benar membuat saya terpesona. Semoga kita
dapat mencontoh gerakan perubahan positif yang telah dilakukan oleh beliau.
Aamiiin.
Salam
Literasi dari Way Kanan, Lampung
Membaca resume bunda, sangat menyentuhhh... Sesuatu yang ditulis dengan hati, akan sampai ke hati. Semangat terus yah nda. Yakin bisa jadi penulis hebat di masa depan. Bismillah, pasti bisa!
BalasHapusMantap bu
BalasHapus