Kamis, 02 Desember 2021

MENJELAJAHI ALAM DIGITAL YANG LUAS

 


Resume 14 GMLD: Mujiatun, S.Pd.

 


 

Layaknya meminum air lautan, semakin diminum semakin dahaga. Begitulah kira-kira bahasa perumpaan untuk melukiskan apa yang sedang saya rasakan dalam mengikuti kegiatan ini. Semakin diikuti maka semakin penasaran dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang akan dishare oleh para narasumber hebat di dunia literasi.

Oleh sebab itulah, saya selalu mengikuti kegiatan Pelatihan  Guru Motivator Literasi Digital (GMLD) ini dengan fokus hingga usai. Terlebih narasumber yang hadir di pertemuan ke-14 ini adalah Ibu Maesaroh, M.Pd. Beliau menyampaikan materi dengan judul “Menjelajah Alam Digital yang Luas” pada hari Rabu, 1 Desember 2021. Materi tersebut sangat menarik dan membuat saya semakin semangat  untuk mengikutinya.

Sebelum memulai materi, Ibu Maesaroh menyapa peserta dan memperkenalkan diri terlebih dulu. Berdasarkan biodata dan cara menyapa peserta, beliau adalah seorang penulis andal, blogger milenial, karya dan prestasinya sangat banyak, dan cantik. Akan tetapi, beliau sangat hamble dan ramah kepada siapa pun termasuk kepada para peserta pelatihan.

Di zaman milenial yang serba digital ini, banyak orang yang mendadak menjadi terkenal. Jangankan kita sebagai seorang guru, bahkan anak-anak didik pun banyak yang jadi selebgram, seleb tiktok, dan lain-lain. Hal itu dikarenakan oleh pengaruh dunia digital yang begitu luas. Namun, dari sekian banyak aplikasi dunia maya yang digunakan adakalanya justru menjerumuskan mereka. Sehingga mereka dengan mudahnya menjadi penyebar informasi hoax. 

Sehubungan dengan hal itu, Ibu Maesaroh menjelaskan bahwa untuk mengembangkan budaya literasi diperlukan kecakapan. Yakni kecakapan dalam menggunakan media digital secara santun dan bertanggung jawab. Sehingga kita mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel.

Selain itu, kita pun harus cerdas bermedia sosial yang artinya harus cerdas dalam berliterasi. Untuk itu diperlukan edukasi yang masif dalam menggerakan literasi digital. Sehingga setiap individu dapat memahami informasi dengan mudah dan benar.

Berikut empat pilar dalam memahami literasi digital.

1.   Digital Culture. Maksudya cakap bermedia digital dengan memanfaatkannya

      sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi menuju seluruh dunia

2.   Digital Safety. Yaitu cakap dalam melindungi diri dan aset digital ketika sedang

      berada di dunia maya.

3.   Digital Ethics. Yakni santun di dalam menggunakan media digital dengan tidak

      mengalahgunakan alat digital sebagai penyebar informasi hoaks.

4.   Digital Skill. Maksudnya cakap secara teknologi dalam menggunakan piranti digital sebagai alat untuk meng up grade pengetahuan. Adapun kecakapan dalam hal ini meliputi 8 kecakapan (cakap dalam memanfaatkan ilmu coding, collaboration, cloud software, word processing software, screen casting, personal digital archiving, information evaluation, dan use of social media).

 

Sebagian besar anak didik kita sudah menggunakan piranti digital. Mereka sangat pandai bergaul di dunia maya. Tak jarang ketika gurunya belum mengerti sebuah aplikasi, justru mereka sudah mahir. Oleh sebab itu, sebagai seorang guru kita harus menggaungkan literasi digital. Baik kepada anak didik ataupun masyarakat di lingkungan kita.  Sehingga mereka tidak salah dalam memanfaatkannya.

Sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan abad 21, di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan dan sumber daya masunia. Untuk itu,  edukasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam meningkatkan budaya cerdas berliterasi. Sehingga generasi penerus bangsa mampu menyarig  informasi yang beredar dengan baik.

Pemahaman literasi digital yang buruk akan berpengaruh pada psikologis anak dan remaja.  Mereka cenderung menghina dan bersikap iri terhadap orang lain. Hal itu dapat mengakibatkan remaja depresi, tertekan perasaan, dan menjadi sensitif.

Bu Maesaroh menegaskan bahwa penggunaan piranti digital terlampau sering dapat menimbulkan Digital Fatigue, ciri-cirinya sebagai berikut. Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai platform digital lain. Mata terasa sakit, lelah, dan perih. Sakit kepala dan migrain. Nyeri otot leher, bahu, atau punggung. Sensitif terhadap cahaya, gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori. Merasa putus asa dan tidak berdaya, kuwalahan menghadapi situasi yang berulang. Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan malas bergerak. Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.

Oleh sebab itu, kita sebagai seorang guru harus menjadi stakeholder dalam pengembangan literasi media digital. Karena media digital merupakan alam maya yang mampu membawa kita terhubung pada dunia yang lebih luas. 

Menurut Bu Maesaroh ada lima kecakapan yang perlu dikuasai dalam berliterasi digital.

1.   Photo visual literacy. 

Yaitu kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual.

2.   Reproduksi literacy. 

Yakni kemampuan menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya baru.

3.   Percabangan literacy

Yaitu kemampuan untuk menavigasi di media non-linear dari ruang digital.

4.   Informasi literacy. 

Yaitu kemampuan untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi secara kritis informasi yang di temukan di web.

5.   Sosio-emosional literacy. Yaitu kemampuan yang mengacu pada aspek-aspek sosial dan emosional yang hadir secara online. Baik melalui sosialisasi, dan berkolaborasi, atau hanya mengonsumsi konten.

Berikut delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna digital. Kognitif, yaitu daya pikir menilai konten. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual.  Komunikatif, yaitu memahami kinerja dan jejaring komunikasi di dunia digital. Kepercayaan diri yang bertanggungjawab. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru. Krisis dalam menyikapi konten. Bertanggungjawab secara sosial.

Berikut Lima Cara dalam Meliterasi Media Sosial. 

1.        Perhatian 

Kemampuan untuk mengidentifikasi ketika dibutuhkan fokus perhatian dan mengenali ketika multitasking bermanfaat. Perhatian dapat dicapai dengan memahami bagaimana pemikiran orang.

2.        Partisipasi

Mengetahui kapan dan bagaimana partisipasi merupakan hal penting. Partisipasi memberikan pengguna pengalaman berbeda saat menjadi produktif. Partisipasi dalam media sosial dibedakan menjadi dua yaitu netizen aktif dan netizen pasif.

3.    Kolaborasi

Pengguna dapat mencapai lebih dengan bekerja sama dibandingkan dengan bekerja sendirian. Melalui kolaborasi, redudansi dapat dihilangkan dan pekerjaan dapat didistribusikan.

4.    Kesadaran jaringan

Jaringan sosial saat ini diperluas dengan adanya teknologi. Masyarakat dapat menjadi anggota dari newsgroup, komunitas virtual, situs gossip, forum dan organisasi lainnya.

5.   Pemakaian secara kritis

Pemakaian secara kritis adalah evaluasi tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai. Ada Kita sebaiknya melakukan identifikasi sebelum memercayai, mengomunikasikan, atau menggunakan apa yang ditulis oleh orang lain.

Bu Maesaroh menegaskan bahwa literasi digital merupakan suatu keterampilan yang diperlukan untuk dapat melakukan aktifitas bermedia sosial dengan aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan memberikan informasi yang edukatif.

Hal tersebut sesuai dengan istilah media sosial yang dikemukakan oleh (Taylor & Francis Online, 2014) bahwa media sosial memiliki akronim sebagi berikut.  Sharing views, optimizing knowledge, collaborating on projects, investigating new ideas, advocacy for your service provision, learning from others, making new connections, enhancing your practice, debating the future, inspirational support, an essensial tools for your information toolbox.

Membangun mental digital berarti membangun karakter para generasi bangsa menuju masa emas 2045. Generasi milenial dalam dunia digital akan terus menggelinding dan akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Target Indonesia emas (2045) akan tercapai bila generasi milenial saat ini melek wawasan kebangsaan, dan menguasai literasi kebangsaan.

Sarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung  tinggi dan harus menjadi poin utama dalam berbagai aspek. Berikut beberapa nilai karakter yang perlu ditanamkan. Nilai kejujuran, nilai semangat, nilai kebersamaan atau gotong royong, nilai kepedulian  atau solidaritas,  nilai sopan santun, nilai persatuan dan kesatuan, nilai kekeluargaan, dan nilai tanggung jawab.

Demikian resume saya dari materi yang telah dipaparkan secara jelas dan lugas oleh Ibu Maesaroh dalam pertemuan ke-14 ini. Semoga bermanfaat bagi kita untuk mengarungi dunia maya yang semakin canggih dan luar biasa. Sehingga kita mampu memanfaatkan media digital dengan bijak dan cerdas.

 

Salam Literasi dari Way Kanan, Lampung     

 

3 komentar:

  1. Cerdas beliterasi.matap dan lengakp

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih Bu Aini sudah berkenan mampir dan mengapresiasi resume saya.

      Hapus
  2. Alhamdulillah, terima kasih Pak atas apresiasinya.

    BalasHapus

LOKAKARYA ORIENTASI WAY KANAN BERJALAN LANCAR

  Minggu, 23 Oktober 2022 oleh  MUJIATUN S.Pd. CGP Angkatan 7 Kabupaten Way Kanan Tahun 2022 Kelas 10 B  Kegiatan Lokakarya Orientasi PG...